Ketika Selendang Bicara: Makna Mendalam di Balik Festival Gandrung Sewu 2025




BlogPakistaji_ Desa Pakistaji tercinta, mari kita tengok sebuah gelaran budaya besar yang bisa menjadi inspirasi bagi kita: Festival Gandrung Sewu 2025 dengan tema “Selandange Sang Gandrung”. Meski acara ini dilaksanakan di Banyuwangi, Jawa Timur, kisah dan semangatnya sangat relevan untuk kita — tentang bagaimana sebuah tradisi dipertahankan, dirayakan, dan dibagikan.

Festival Gandrung Sewu adalah acara kolosal yang mempertemukan ribuan penari tari Tari Gandrung—tarian tradisional khas Banyuwangi, di tahun 2025, festival ini kembali digelar selama tiga hari, 23–25 Oktober 2025, belokasi utama di pantai tepi Selat Bali, yakni Pantai Marina Boom (atau Pantai Boom) Banyuwangi. Jumlah penari yang terlibat mencapai 1.300 orang atau lebih, termasuk dari desa desa di kecamatan Kabat setiap desa mengirimkan 3 penari serta dari berbagai wilayah di luar Banyuwangi bahkan diaspora dari luar negeri.

Gandrung Sewu (GS) tahun 2025 ini mengambil tema, “Selandange Sang Gandrung”, yang mengandung makna simbolis:

  • “Selandang” menunjuk pada selendang warna-warni yang melingkar dalam gerakan tari Gandrung—simbol keanggunan, gerak, dan identitas penari.
  • “Sang Gandrung” merujuk pada para penari (wanita umumnya) yang memimpin tarian dan menjadi wajah dari tradisi itu sendiri.
  • Melalui tema ini, festival menegaskan bahwa selendang bukan hanya aksesori tari, melainkan jembatan antara generasi, budaya, dan komunitas—yang ditarikan bersama, selendang pun terayun bersama, dari penari ke penonton, dari Banyuwangi ke seluruh Nusantara sampai Dunia.

Baca Juga:

  1. Ketika Selendang Bicara: Makna Mendalam di Balik Festival Gandrung Sewu 2025
  2. Dari Tangan Warga untuk Negeri: Potensi UMKM Desa Pakistaji yang Menginspirasi
  3. Buka Data, Buka Cerita : Transformasi Digital Desa Pakistaji
  4. Petani Desa Pakistaji Belajar Ubah Limbah Ternak Jadi Pupuk Organik yang Bernilai Cuan
  5. Semarak Jalan Sehat HUT RI ke-80 di Desa Pakistaji
  6. Sinergi Lembaga Pendidikan Formal dan Non-Formal untuk Masa Depan Cerdas dan Berakhlak Anak Pakistaji

Dengan Beberapa highlight acara:

  • Hari pertama (23 Okt): pembukaan dengan musik dan atmosfer budaya khas Bumi Blambangan.
  • Hari kedua (24 Okt): gladi bersih terbuka, ritual “Meras Gandrung” sebagai prosesi penyucian/penyambutan para penari.
  • Hari puncak (25 Okt): ribuan penari menari serempak di atas pasir Pantai Boom—menjadi tontonan spektakuler bagi publik. 

Dari festival ini ada beberapa pesan yang bisa kita bawa ke Desa Pakistaji:

  • Pelestarian budaya: sebagai salah satu desa yang berada di Banyuwangi, kita harus menanamkan semangat menjaga tarian, musik, dan tradisi lokal kita sangat penting agar tak pudar.
  • Kolaborasi & gotong-royong: Ribuan penari yang datang dari berbagai latar belakang menunjukkan bahwa kolaborasi antar-daerah atau antar-generasi memperkuat budaya.
  • Identitas & kebanggaan: Selendang yang dipakai penari bukan sekadar kain, tetapi lambang kebanggaan; begitu juga di desa kita, apa saja simbol budaya kita yang bisa diperkuat?
  • Pariwisata budaya: Acara seperti ini tidak hanya seni, tapi juga menarik wisatawan. Desa kita bisa memanfaatkan acara lokal sebagai daya tarik.
  • Inovasi dalam tradisi: Meski tradisional, penggarapan festival dibuat spektakuler—ini memberi pelajaran bahwa tradisi bisa dikemas adaptif agar relevan jaman sekarang.
Baca Juga:

Mari kita, warga Desa Pakistaji, menggunakan inspirasi dari “Selandange Sang Gandrung” ini untuk:

  • Menggaungkan budaya, seni lokal kita — mengajak generasi muda belajar dan tampil.
  • Membuat acara sederhana di desa dengan tema simbol kita sendiri, sebagai bagian dari budaya desa Pakistaji tercinta.
  • Mengajak kerjasama antar RW/RT atau antar desa tetangga untuk acara budaya, seperti kolaborasi budaya yang sejenis seperti penari, musisi lokal, jaranan, atau yang lainya hingga pelibatan wisatawan.
  • Mengabadikan acara tersebut dengan dokumentasi foto/video agar dapat dipublikasikan di blog, media sosial desa, atau dipromosikan ke luar.

Festival Gandrung Sewu 2025 dengan tema “Selandange Sang Gandrung” bukan hanya pertunjukan besar, tetapi cermin bagaimana budaya yang hidup bisa menjadi kekuatan bersama. Semoga tulisan ini memberi inspirasi bagi kita semua untuk semakin giat dalam melestarikan budaya kita sendiri—dengan selendang kita, dengan tari kita, dengan budaya has kita yang menjadi kebanggaan kita. [TN_26/10]


Tidak ada komentar: